Rabu, 25 November 2015

BERGELIMANG DOSA DEMI DA’WAH

"Para da'i itu harus rela hidup seperti lilin!!!"

"Yang rela terbakar, untuk menerangi sekelilingnya"

"Rela berkorban atas nama dakwah. Karenanya tidak mengapa berkorban sedikit dosa . Asal umat tercerahkan dengan pengorbanan kita!!"

Hadeh... Gak tau filsafat siapa lagi tuh yg mereka ambil. Demi mendapatkan toleransi dan alasan mengapa mereka sedikit tercebur dalam genangan dosa..

"Lha.. Emang kenapa gak boleh kah?? Inikan untuk dakwah..?"

Wah..wah.. Ini malah keheranan..

Biar gak panjang lebar, kita langsung aja beri cuplikan fatwa dari para ulama' tentang masalah ini

...........
Penanya:

Ditempat kami ada seorang ikhwah salafy, dia adalah seorang imam dan khotib disalah satu masjid. Akan tetapi orang-orang selalu menekan dia agar mencukur jenggotnya.

Hingga diapun melakukan hal tersebut, dan berkata “apabila aku meninggalkan masjid itu, akan datang orang sufi diposisiku, lalu dia akan menyeru manusia dalam perkara bid’ah”

Lalu apakah pendapat anda tentang hal ini. Sedangkan kita mengetahui bahwa ikhwah tersebut adalah da’i yang menyeru manusia kepada tauhid dan sunnah. Dan semoga Allah memberikan barokahnya kepada anda.

Syaikh:

Aku nasihatkan bagi dia untuk mendakwahi orang-orang kepada tauhid dan membiarkan jenggotnya (tanpa memotongnya).

Dan apabila mereka menerima kamu dengan keadaan yang seperti itu, maka Alhamdulillah.

Dan apabila mereka tidak menerimamu kecuali kamu harus mencukur jenggotmu, maka janganlah kamu melakukan dosa dengan alasan untuk mendakwahi mereka dimasjid tersebut.

Adapun dia, insya Allah masih bisa berdakwah ditempat lain, dan Allah pasti tidak akan pernah menelantarkannya:
إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا
“apabila Allah mengetahui ada kebaikan dihati kalian, maka akan Allah datangkan kebaikan bagi kalian” (al anfal 70)

Dan jangan sekali-kali seorang da’i melakukan sebuah kemungkaran dan dosa dengan alasan maslahat dakwah. Karena hal itu akan membahayakan dirinya dan dakwahnya:
وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
“dan barang siapa berbuat kejelekan (dosa) maka baginya balasan yang jelek semisalnya pula, dan mereka berada dalam kehinaan” (yunus 27)
إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّين
“sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasulnya, mereka itu termasuk orang yang hina” (al mujadalah 20)

Didalam kehinaan..

Dan Bagaimana kamu mengaku seorang yang menyeru kepada Allah sedangkan allah telah menghukumimu sebagai orang yang hina, dan Allah telah memasukanmu dalam golongan orang-orang yang hina dina yang Allah hinakan.

Dan bagaimana mungkin kamu berdakwah sedangkan kamu menyelisihi perintah Allah. Sungguh tidak boleh yang seperti ini.

Wahai para da’i…!! janganlah sekali kali kamu menggunakan istihsan didalam perkara agama..

perkara sunnah yang sesuai dengan kehendak Allah. dengannya itu sudah merupakan nikmat yang agung.

Adapun berdakwah yang didalamnya melakukan dosa..maka jangan (engkau lakukan)..

Jauhilah maksiat, dan Allah tidak akan pernah sekalipun menelantarkanmu.
Jauhilah maksiat, dan Allah tidak akan pernah sekalipun membuang amalanmu.

Sama saja, mau engkau itu seorang da’i yang selalu menjaga agamamu ataupun kamu bukan seorang da’i tapi kamu selalu menjaga agamamu, maka hal itu adalah kebaikan bagimu. Sungguh merupakan kebaikan bagimu.

Allah tidak akan menanyaimu dihari kiamat “kenapa kamu tidak memberi petunjuk kepada sifulan?”, akan tetapi Allah pasti akan menanyaimu tentang jenggotmu, dan keistiqomahanmu:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَك
“dan tetaplah kamu pada jalan yang lurus sebagaimana diperintahkan kepadamu dan kepada orang-orang yang telah bertaubat bersamau” (hud 112)
فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوه
“dan tetaplah pada jalan yang lurus yang menuju kepadanya, dan mintalah ampun kepadanya” (fushilat 6)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“sesungguhnya orang-orang yang mengatakan tuhan kami adalah Allah, lalu mereka beristiqomah didalamnya, maka akan Allah turunkan malaikat kepada mereka, dan malaikat itu berkata “janganlah kau takut, dan janganlah sedih.. dan bergembiralah dengan surga yang telah Allah janjikan bagi kalian”” (fushilat 30)

Para nabi dan rasul mendatangi umat yang sangat jauh dari hidayah, dan sangat berusaha untuk menghindari dari hidayah.

Dan mereka para nabi, tidak menyetujui  penolakan mereka terhadap hidayah, bahkan masih terus menjelaskan kepada mereka tentang agama Allah dengan sedetail-detailnya.

فَمَنِ اهْتَدَى فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيل
“dan barang siapa mendapat petunjuk maka petunjuk tersebut untk dirinya sendiri, dan barang siapa yang sesat maka itu hanya akan menyesatkan diri sendiri. Adapun kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab tehadap mereka” (azzumar 41)
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
“apabila kamu berbuat kebaikan maka itu untuk dirimu sendiri, dan apabila kamu berbuat buruk maka itu bagi dirimu sendiri” (al isra 7)

Dan salah satu hadist yang paling mencangkup dalam masalah ini adalah hadist tentang kepergian nabi muhammad sholallahu alaihi wasalam ke thoif, dan bersama beliau orang-orang yang baru masuk islam, lalu mereka melewati orang-orang yang menggantungkan pedang-pedang mereka dipohon yang dinamai ‘dzatu anwat’.

Lalu mereka berkata kepada rasulullah “ wahai rasulullah bikinkanlah untuk kami dzatu anwat sebagaimana dzatu anwat milik mereka”

Dan ini adalah permintaan dari seorang yang ingin menggantungkan pedangnya untuk mendapatkan barokah (seperti pada pohon dzatu anwat).

Dan nabi (tentunya masih) ingin melunakan hati mereka dan mendekati mereka. akan tetapi beliau tidak memenuhi permintaan mereka, bahkan mengingkarinya dan besabda:
اللَّهُ أَكْبَرُ، إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى: {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةً قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ}
“Allahu akbar..!! sesungguhnya itu adalah sunan (jalan yang pernah ditempuh orang terdahulu). Dan demi yang jiwaku berada ditangannya. Sungguh kalian telah mengatakan sebagaimana ucapan kaum musa “wahai musa bikinkanlah bagi kami sesembahan, sebagaimana mereka mempunyai sesembahan sesembahan” “lalu musa menjawab “ sesungguhnya kalian itu termasuk dari kaum yang bodoh”"

Wahai para da’i janganlah (sekali-kali) kalian berbuat dosa, dengan alasan untuk mendakwahi manusia.

Kalaupun kalian masih ngeyel maka kalian akan gagal !!.

Inilah jalan kegagalan !!!.

yaitu dengan seorang da’i melakukan dosa dosa dan kemaksiatan.

Dan tidaklah hancur dakwahnya ikhwanul muslimin, kecuali dengan perkara istihsan-istihasan seperti ini..

apabila mereka ditanya “kenapa kamu masuk dalam pemilu?”

mereka akan menjawab “kita sedang memperbaiki umat. Dan agar para syiah, komunis, sufi dll tidak memasukinya.. kalo tidak mereka akan mempengaruhi manusia dan menyesatkan manusia.. dan mungkin saja mereka akan eksis kbradaanya kalo kit gak masuk pemilu..” dan lain sebagainya dari perkara isthsan-istihsan seperti ini.

Dan demi Allah mereka tidak melihat apa yang mereka sangka telah diperbaiki itu..

Dan apabila mereka ditanya “kenapa kau mengajari para perempuan tanpa hijab?”

Mereka akan menjawab “ kalo saja kita tinggalkan kesempatan itu, maka akan masuk seorang yang fasiq yang akan mengajar mereka dan akan  merusak mereka!!”

Sungguh mereka tidaklah mendapatkan kebaikan dan tidak pula memperbaiki..

Bahkan dia telah merusak hatinya dan akhlaqnya. Dan bahkan mungkin dia akan kembali dalam keadaan fasiq.

Dan inilah apa apa yang terjadi dikarenakan istihsan-istihsan tersebut. Bab ini sungguh telah merusak orang-orang dari umat ini.

Janganlah memotong jenggotmu atau melakukan dosa lainnya dengan hujah maslahat dakwah.

Ketahuilah bahwa maslahat dakwah itu dengan istiqomah, dan maslahat dakwah bisa didapatkan dengan merubah orang dari kemaksiatan menuju hidayah, sunnah serta kebaikan.

Allah taala lebih mengetahui apa apa yang menjadi maslahat untuk hambanya:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
“ dan bertaubatlah kalian semua wahai orang2 beriman agar kalian menjadi orang yang berhasil (dan sukses)” (an nur 31)

(Diterjemahkan dari rekaman fatwa Syaikh Yahya Al-hajury)

Dan dalam kitab tuhfatulmujiib 202.
Syaikh Muqbil Al-wad'iy pernah berkata:

Adapun kita diperintahkan hanya untuk beristiqomah. Dan tidak pula melakukan maksiat demi memperbaiki orang lain.

“Hendaklah ada diantara kalian terdapat segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104)

ﻓﻨﺤﻦ ﻣﺄﻣﻮﺭﻭﻥ ﺑﺎﻻﺳﺘﻘﺎﻣﺔ، ﻭﺃﻻ ﻧﺮﺗﻜﺐ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺇﺻﻼﺡ ﻏﻴﺮﻧﺎ .

ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔٌ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ 
‏[ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ : 104 ‏]

Tlahab, 27 syawal 36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar